Powered By Blogger

Kamis, 23 Februari 2012

Berjanjilah untuk Selalu Menjaga Nyala Baranya





Untuk Adikku tersayang
Dalam pengarungan samudra asa.

Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuhu..

            Adikku sayang, bagaimana kabarmu di sana? Semoga selalu dalam buaian kasih-Nya. Hamdan lillah nikmat sehat-Nya masih memayungi kakak di sini. Dan semoga kucuran Rahman-Nya tak pernah henti mengaliri jiwa-jiwa kita dan keluarga. (Aaamin Yaa Mujibassailiin)

            Surat yang kau layangkan sudah kakak terima. Telah kakak baca dengan seksama. Sebenarnya apa yang membuatmu rendah diri, dik? Mengapa semangatmu menjadi layu seperti bunga bakung yang kekurangan cahaya matahari dan zat bergizi? Apa karena tatapan mereka yang memandangmu sebelah mata hanya karna kau anak seorang nelayan di pesisir pantai dan dari ibu buruh cuci?

            Kakak bukan hendak menyalahkanmu, namun apakah kau tak bangga terlahir dari benih cinta manusia yang berjiwa mulia seperti Abah dan Emak? Beliau memang tidak membekali kita dengan tumpukkan pakaian mewah dan berbagai alat  teknologi canggih yang kini mereka banggakan di depanmu. Namun Beliau justru memberi kita sesuatu yang tak kan bisa tergadai oleh dolar.

Sejak usia kita dini mereka telah mengenalkan kita pada Sang Pemilik Hidup. Yang harus kita “temui” lima kali sehari. Bahkan di sepertiga malam kala banyak anak manusia yang masih lena dalam lelapnya. Ataupun memohon rezeki agung lewat Duha-Nya. Perlu kau ingat sayang, rezeki itu tak hanya berwujud uang, kesehatan dan keharmonisan juga wujud dari rezeki yang jangan tak kau perhitungan. Dari Abah dan Emak pulalah kita temukan mulianya semangat hidup, Dalam harinya, beliau bahkan tak sempat mengeja lelah. Tetap ikhlas berpeluh, demi kita pendar jiwanya.

Masih ingatkah kau saat ribuan kebahagiaan menjamahi jiwamu setahun yang lalu?? Saat kau lolos seleksi hingga beasiswa mengantarkanmu mengenyam pendidikan ke pulau seberang. Saat itu Abah dan Emak larut dalam zikir. Menyenandungkan syukur pada Dia yang tak pernah tidur.

Esoknya, kita dapati kedua kambing abah sudah tak menghuni kandangnya. Ternyata abah menjualnya. Demi memberimu uang saku agar kau tak terlantar di sana. Padahal kita tahu, beasiswamu telah menjamin semua keperluanmu, termasuk masalah uang saku. Tapi itulah abah, selalu rela mengorbankan apa yang dipunya.

Tak beda pula Emak, beberapa malam sebelum kau pergi memintal mimpi, Emak selalu menemani tidurmu. Seperti takut bentangan jarak akan mencipta rindu. Itulah Emak, tulus kasihnya tak lekang oleh waktu. Dan untuk semua itu nikmat Tuhan mana lagi yang akan kau dustakan, sayang?

Dan dari semua yang mereka beri, relakah kau biarkan semangatmu layu? Tak inginkah kau mengusap peluh mereka dengan segudang prestasi? Menghadirkan sungging senyum di bibir mereka dengan keberhasilan yang kita bawa.  Kakakpun di sini terus berjuang, mempersembahkan pelangi bahagia pada Abah dan Emak yang semakin senja. Hadirkan lagi api semangat itu, sayang. Jadikan kobarannya menjilat-jilat melahap rasa rendah dirimu menjadi abu tanpa sisa

Mungkin sampai di sini dulu kita dapat berjabat pena. Lain waktu kita rangkai lagi kata indah sebagai pengobat rindu. Semoga apa yang kakak sampaikan dapat menyalakan lagi api semangatmu. Dan berjanjilah untuk selalu menjaga nyala baranya.



Dari kakakmu yang selalu merindu,
Wang Shabara Zafira.

(Dinobatkan sebagai juara 1 terbaik dalam event menulis surat fiksi di grup SYS)

Selasa, 21 Februari 2012

Martabak Telur dan Semangkuk Bubur



Pagi ini aku membuatkanmu bubur ayam. Kutakar satu gelas beras, lalu memasaknya dalam teflon dengan air yang agak banyak. Tak lupa juga kububuhi sedikit garam dan merica bubuk. Aku sengaja tidak menggunakan santan, karena kamu lebih suka seperti ini. Oya, kamu juga tidak suka buburnya diberi daun bawang. Terasa langu katamu.

Sambil menunggu air buburnya menyusut, aku merebus beberapa potong ayam yang sudah dibumbui bawang putih, bawang merah juga garam, yang kemudian jika ayamnya sudah empuk, akan langsung kugoreng, kusuwir dan kutaburkan bersama bawang goreng ke atas bubur. Dan kaldu ayam ini yang akan menjadi kuahnya. Sesekali aku melongok ke arahmu yang sedang tidur di sofa depan tv, memastikan kamu baik-baik saja.

***

Saat akan membangunkanmu sebelum subuh tadi, aku dikejutkan oleh suhu badanmu yang panas. Sontak kurabai kening, pipi juga lehermu dengan punggung tanganku. Masya Allah, kamu demam. Buru-buru aku ke ruang tengah, menuju kotak obat lalu mengambil termometer kemudian menaruhnya di lipatan ketiakmu. Garis pada termometer itu mengarah hampir ke angka 38 derajat celcius. Aku langsung bergegas ke dapur, mengambil air dingin dan handuk kecil untuk mengompresmu.

Kemarin sore, setelah mengisi training kepenulisan, kamu memang pulang ke rumah dalam keadaan kuyup. Ternyata kamu nekat  menerobos hujan demi membelikan martabak telur kesukaanku. Dan kamu lihat hasilnya,  pagi ini kamu jadi demam tinggi.  Kalau kamu sakit biasanya cerewetku pasti akan keluar, “Sayang, tidak harus dengan menerobos hujan juga kan? Kamu juga tidak harus selalu membawakanku oleh-oleh setiap pulang dari manapun, karena kalau kamu sakit akulah perempuan yang paling nelangsa, hatiku juga pasti akan ikut meriang, dan bla bla bla”

Jika cerewetku keluar seperti itu, kamu hanya akan menanggapinya dengan tersenyum lalu menyilangkan telunjukmu di bibirku, seketika itu pula cerewetku langsung berhenti. Pada jeda berikutnya aku langsung meminta maaf karena telah cerewet kepadamu. Kamu hanya tersenyum lagi, “ Itu bukan cerewet namanya, tapi itu cinta Bunda” Katamu lembut. Jika sudah seperti itu aku akan menghambur ke pelukmu, dan malah menangis.

***

Aku kini duduk di sebelahmu dan kamu masih terlelap di atas sofa depan tv. Pelan pelan aku mengambil handuk kompres di keningmu yang sudah menjadi panas, kucelupkan lagi ke dalam air dingin, memerasnya dan menaruhnya kembali di keningmu, namun  kamu malah jadi terbangun.

Saat membuka mata dan melihatku ada di sampingmu, kamu langsung melemparkan senyum, aku segera membalas senyummu dan  menawarkan bubur yang kubuat tadi. Kamu menerima tawaranku, maka segera kuambil semangkuk lalu menyuapimu perlahan. Tak butuh waktu lama untuk menjadikan semangkuk bubur itu tandas.

Setelah itu kamu memilih meringkuk lagi di atas sofa dan meminta tidur di pangkuanku. Dengan senang hati kupersilahkan pahaku menggantikan bantalmu. Sayang, taukah kamu? Dalam tidurmu aku tak berhenti merapal doa untuk kesembuhanmu, Belahan jiwaku.

بِسْمِ اللهِ نَعُوْذُ بِاللهِ العَظِيْمِ مِنْ شَرِّ كُلِّ عِرْقٍ نَعّاَرٍ وَمِنْ شَرِّ حَرِّ النّاَرِ

Dengan menyebut nama Allah, kami memohon perlindungan kepada Allah SWT, Yang maha agung dari peluh (keringat) yang mengganggu, dan dari panas nya api.

Senin, 20 Februari 2012

Ini Tentang Cara Kita saat Membangunkan Tidur





Ini tentang cara kita saat membangunkan tidur. Biasanya aku yang akan bangun lebih awal daripada kamu, tapi tak jarang juga kamu yang bangun terlebih dahulu daripada aku. Biasanya kamu sengaja bangun setelah tengah malam untuk menuangkan ide-idemu ke dalam tulisan, lalu mengirimkannya ke salah satu media keesokan harinya, hobi yang memang telah menemanimu jauh sebelum kamu memintaku menjadi belahan jiwamu dan aku menerimanya. Lalu beberapa menit menjelang subuh kamu akan membangunkanku, bersama-sama melaksanakan amalan yang memang kita niatkan untuk terus konsisten melakukannya setiap hari jika tidak ada halangan; tahajud dan tilawah bersama hingga adzan Subuh. Sebagai salah satu ikhtiar kita agar biduk rumah tangga yang kita jalani selalu berlimpah sakinah, mawaddah dan bertabur rahmah.

Seperti kali ini misalnya, setelah menyelesaikan tulisanmu, kamu membangunkanku lembut, mendekatkan bibirmu ke telingaku, membisikkanku sesuatu yang akan membuatku terbangun, namun kalau aku tetap juga tidak terbangun, biasanya kamu akan menggelitik atau menciumiku bertubi-tubi sampai aku terbangun. Kadang aku memang sengaja tidak membuka mata saat kamu berbisik membangunkanku, walaupun sebenarnya bisikanmu itu sudah bisa membangunkanku. Hihihi.. kamu jangan marah ya? Alasanku, karena aku menunggu untuk kamu cium.  

Aku juga punya cara untuk membangunkan tidurmu, biasanya setelah berwudlu aku akan menempelkan tanganku ke pipimu, dinginnya tanganku akan merambati pori-pori kulitmu dan memerintahkan syaraf untuk membuka matamu. Namun jika cara ini belum berhasil, kukeluarkan jurusku selanjutnya, yaitu  membuat secangkir hot chocolate dan mendekatkan aromanya ke hidungmu. Biasanya cara ini cukup ampuh, karena kamu memang penggemar hot chocolate. Tapi, jika cara ini juga belum berhasil, maka aku ikuti caramu membangunkanku, yaitu menggelitik atau menciumimu bertubi-tubi. Jika sudah begini, kamu tidak mungkin lagi melanjutkan lelapmu.

Oya, katamu dengan menempelkan tanganku ke pipimu setelah berwudhu atau mendekatkan aroma hot chocolate ke hidungmu, sebenarnya itu sudah bisa membangunkan tidurmu. Kamu memang sengaja bermanja-manja tidak mau bangun. Dan rupanya alasanmu sama juga dengan alasanku, yaitu karena kamu menunggu untuk aku cium. Hihihi..

Ah suamiku, aku mencintaimu, terimakasih telah bersedia membersamaiku, menjadi imam dalam shalat-shalat kehidupanku.

Minggu, 19 Februari 2012

Semoga Aku Tidak Sedang Eror



Urung menikah karena finansial belum mapan. Sebetulnya menikah dulu, lalu masalah finansial dicari sambil jalan, atau matangkan finansial dulu baru menikah sih?? 

“Perakara rezeki jangan sampai membuat kita gundah gulana. Rezeki itu perkara sederhana di tangan Administrator yg tak pernah tidur, tak pernah keliru dalam urusan hitung menghitung dan bagi membagi. Yang penting harus berusaha dan tetap istiqomah. Jangan lupa sodaqohnya.” Kata hatiku yang putih.

 ”Heeeeii uang memang bukan segala-galanya, tapi segalanya pake uang” Kata hatiku yang hitam.

Terus, kata hatiku yang pink ke ungu-unguan “Nikah sana, Ibumu sudah pengen nimang cucu” 
Tuink tuink… :D :D :D

 #Semoga aku tidak sedang eror..

jemputlah ia dalam Rangkaian Khitbah dan Akad yang Indah



Satu lagi obrolan lucu dengan salah seorang teman via chatt FB. 
 "Mbak kalo disuruh milih, mending laki-laki yang jelek tapi sudah punya kerjaan atau yang lumayan ganteng tapi baru lulus kuliah? " yang bertanya ini baru saja lulus kuliah dan Dia ini sering sekali bertanya kapan aku pulang ke Lampung. Pesannya lagi, kalau pulang nanti aku disuruh mengabarinya.

 Aku nyerocos saja bilang begini “Hmm, bagiku menikah itu bukan hanya masalah penghalalan urusan biologis saja, tapi adanya hasrat berdampingan dengan pribadi yang baik agama, akhlak dan finansialnya. Dalam menikah, cinta saja nggak cukup. Cinta nggak makan sama aja bohong, sayang tapi bodoh sama aja bunuh diri. Dan aku nggak pengen dapet laki-laki yang lembek dan gak bertanggung jawab, laki-laki yang skuler oportunis dan gak prinsip. Karena dalam hayalanku, aku ingin rumah tanggaku nanti akan ada ritual berbagi rizki, makan tiga kali sehari, beli susu bayi dan taat bayar pajak." (Hihihi :D :D) 

Lalu dia bilang lagi “Waah sampean nyindir aku yo, Mbak? Hehe, Mbak kira-kira aku bisa nggak ya dapet perempuan yang cantik dan solehah, karena aku kan gak ganteng dan gak soleh?”

 Kujawab dengan guyonan “Insha Allah bisa, Mas. Karena di dunia ini banyak perempuan khilaf. :P :P :P 

#Paerbaiki dulu dirimu, kelak wanita baik pula yang akan menjadi pendamping hidupmu. Yang mencintaimu setulus hati dan tak pernah jemu. Jemputlah ia dalam rangkaian khitbah dan akad yang indah.#

Saatnya jadi pelopor, bukan hanya pengekor

“Man jalasa janasa, Ukhti” Pesan salah seorang sahabat sore tadi. 

Mungkin bisa ditafsirkan, dengan siapa kita bergaul, kurang lebih seperti itulah pandangan orang terhadap kita. Anda boleh setuju atau tidak, bahwa pergaulan kita turut membentuk karakter diri kita sendiri. Setidaknya akan ada dua opsi yang hadir; kita ikut arus teman, atau teman yang ikut arus kita. Kalau memang mampu memberi pengaruh yang baik, kenapa tidak kau lakukan? Saatnya jadi pelopor, bukan hanya pengekor!!!

Keep Hamasah.. ^_^

Masih tentang kalian, Sayyidah Mahmudah & Arbey Ngingim.




Jika ada yang menanyakan padaku tentang kesetiaan seorang sahabat atau tentang bahu yang paling nyaman untukku menyandarkan kesah, atau mungkin juga tentang rumah hati yang tak pernah tertutup pintunya untukku yang kadang sering datang dan pergi sesuka hati, maka jawabnya adalah, Antuma. 

Jika ada yang menanyakan padaku tentang sosok penginspirasi, penasehat sejati, penghantar semangat dan juga tawa, maka dengan lantang kukatakan kalau itu adalah, Antuma. 

Jika ada yang bertanya padaku tentang sahabat yang hobi sekali Facial, yang punya segudang kebaya, yang mukanya keliatan jutek tapi aslinya baik hati, yang telah menemukan labuhan bagi hatinya yang menyamudra, dan yang memiliki keluarga yang ramah sekali maka jawabnya adalah Iim Arbaini.

 Jika ada yang bertanya padaku tentang sahabat cerdas yang patut kuteladani, yang selalu tak bisa halus saat membuka lembaran buku, yang banyak diburu ibu-ibu untuk dijadikan menantu, yang poto pada SIM pertamanya sangat membuatnya merasa sangat sangat sangat tidak PD, yang selalu menjaga izzahnya, maka jawabnya adalah Siti Mahmudah. 

Dan aku masih saja sibuk, menyederhanakan rindu yang enggan membusuk, sebab raga yang dibentangkan jarak, kepada kalian, antumaa. Karena catatan ini masih tentang kalian, Sayyidah Mahmudah & Arbey Ngingim.   Wahesytini awiy...

Keep Ikhlas

Ada kalanya langkah yang kita anggap baik dan berharap bisa mempebaiki keadaan, ternyata adalah bumerang bagi diri. Apapun itu jangan lelah untuk terus belaku baik, meski tak kau rasakan balasan yang baik. Kerjakan hal baik yang bisa kau amalkan hingga batas lelah mengampiri. Gunakan rumus ikhlas agar hati selalu lapang. Karena di dunia hanya ada amalan, bukan balasan. Dan di akhirat baru akan kau jumpai balasan dan tiada lagi beramal.

Keep Ikhlas, wa la tansa HAMASAH... ^_^

Bagi Wanita yang Sedih hatinya, Bangun!!!!

Setelah kuperhatikan, tidak sedikit wanita-wanita hebat, cerdas dan mengagumkan yang pernah aku kenal (baik kukenal secara dekat ataupun hanya sekedar kenal biasa) namun bisa menjadi lemah bahkan menjurus bodoh hanya karena masalah urusan privasi hatinya dengan seorang pria. Dan karena urusan hatinya yang terlalu dipublikasikan itulah ia menjadi tidak terlihat semengagumkan dulu. Mungkin juga karena wanita memang dikodratkan lebih mendahulukan perasaannya ketimbang logikanya. Dan direntang waktu itu, aku seolah kesal dan ingin meneriakan “ayo jangan terpuruk seperti itu, kamu hebat!! Kamu kuat!! Kamu tak seharusnya begini!! 

Allah... Mohon karuniakan logika pada setiap rasa yang mulai menyusup-nyusupi hati. Dan bagi wanita-wanita yang sedang sedih hatinya, BANGUN!!!!

 # Tiba-tiba aku bergidik saat terdetik sesuatu yang lebih menakutkan, jangan-jangan akupun termasuk wanita yang demikian. #

Keep Hamasah Ladys.. ^_^

Jumat, 17 Februari 2012

Semoga Seterusnya Tetap Menyenangkan Seperti Ini






Seperti malam-malam biasanya,  sambil menjemput kantuk kita saling bercerita tentang apa yang kita alami masing-masing seharian tadi. Tentunya setelah melakukan ritual standart kita sebelum tidur; wudhu dan berdoa. Setelah itu kita merebahkan diri di atas tempat tidur dengan saling berhadapan, aku menghadap ke kanan dan kamu menghadap ke kiri, lalu setelah saling bercanda, kamu menceritakan hal-hal yang kamu alami seharian di kantor dan aku mendengarkan. Atau sebaliknya, aku yang bercerita tentang apa yang kualami bersama murid-murid Play Group- ku yang menggemaskan dan kamu yang akan mendengarkan.


Selalu saja, saat aku bercerita pandanganmu tak pernah bergeser se-centipun dari mataku. Matamu selalu saja mengejar ke manapun retinaku berlari. Kamu selalu memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama saat aku membagi cerita, lalu kamu akan terbahak-bahak jika aku  sedang menceritakan tingkah salah satu muridku yang lucu, atau kamu akan kuatir minta ampun jika aku menceritakan hal yang hampir saja membuatku cidera, tidak jarang juga tiba-tiba kamu menghentikan ceritaku sekedar untuk mengatakan “I love you” di sela-sela aku bercerita. Lalu akupun membalas ucapanmu “I love you too” atau sekedar kata “too” dan akupun kembali melanjutkan ceritaku. Hingga akhirnya kita sama-sama terlelap, aku kurang tahu aku yang tidur terlebih dulu ataupaun kamu, yang aku tahu saat aku terbangun sebelum subuh menjelang, tanganmu sedang melingkari tubuhku atau kepalaku yang berada di dadamu.

Namun jika kita sama-sama terlalu lelah, maka tidak ada cerita untuk malam itu, kita hanya akan saling mengucapkan selamat tidur dan kamu mengecup keningku, lalu seperti biasa kamu melingkarkan tanganmu ke tubuhku, tak lama kemudan menyusul suara dengkurmu. Saat itu aku hanya memandangimu yang sudah terlelap sambil membelai-belai rambutmu, atau sekedar menciumi tanganmu pelan-pelan agar tak membangunkamu.

Tapi dari malam-malam yang telah kita lewati bersama sejak pernikahan kita, kita lebih sering berbagicerita terlebih dahulu sebelum tidur dibandingkan langsung terlelap. Dan aku selalu suka ritual kita ini. Semua terasa menyenangkan sekali. Semoga seterusnya tetap menyenangkan seperti ini.


Selasa, 14 Februari 2012

Tentang Rindu yang Kelak Tertunai


Kelak rindu ini tertunai, oleh engkau yang akan membersamaiku menjinakan hujan dan kemarau. 
*1



Akan tiba waktunya engkau menjadi pakaianku-aku menjadi perhiasanmu, lalu saling bergenggaman tangan untuk menuju imperium baru. 
*2



Biarlah di tigaratus purnama usiaku yang hampir purna kita masih dibentangkan jarak, kelak kita telan jarak itu bulat-bulat, hingga ia melebur dalam baur, dan aku menjadi pengamin setia doa-doamu. 
*3



Lalu, pendar-pendar cahaya menjelma satu per satu, membias, menyejarah dalam payungan matahari; Jundi-jundi kita.
*4




Sebab rindu yang sebegini derasnya hanya kita yang akan merasakan. Sampai nanti saat senja menganiaya usia, raga kita tak lagi mampu, namun jiwa tetap berpeluk-peluk.
*5




Maka jagalah selalu semesta kecil di dada kita; Qolbu. Agar saat temu nanti benar-benar nyata, buncahan rindunya, letupan cintanya menggetarkan kaki-kak surga. Melesat hingga ke jannah-Nya. ---Aamiin yaa Mujibassailiin---
*6



Lampung, 14 Februari 2012 (Bukan karena hari valentine, Say no to Valentine)

Senin, 13 Februari 2012

Cepatlah Hapus Air matamu!!!




Untukmu, yang  masih mengharapkan dia yang telah meninggalkanmu. Dengarlah ini:
Lihatlah itu, di depan sana masih banyak kebahagian yang telah menantimu. Dan di sekelilingmu ini masih banyak orang-orang yang menyayangimu dan pantas untuk kamu sayangi.

Kamu hebat, kamu kuat, kamu tak seharusnya kamu begini, terpuruk dalam ratapan yang hanya membuamu terlihat lemah dan bodoh. Cepatlah hapus airmata dan tinggalkan ratapanmu! Karena dia mungkin punya satu alasan untuk tidak membersamaimu lagi, tapi Allah pasti punya berjuta alasan mengapa ia tak pantas menjadi bagian dari masa depanmu.

Fokuslah pada pembenahan dan pencapaian. Allah sudah mempersiapkan yang baik untuk yang baik pula. Aku percaya pada janji Allah. Ayo semangat!! :) :)

Selasa, 07 Februari 2012

Sulbimu dan Tulang kiriku



Bawalah serta tujupuluh delapan kerat syair Ar rahman,
pada tiga ratus purnama luruh usiaku.
Lalu, sulbimu juga tulang kiriku menyemai pendar-pendar cahaya,
terbiak, menyejarah dalam payungan matahari;
 Jundi-jundi kita.


-Rabbi la tadzarni fardan wa Anta khoirul waaritsin-