Powered By Blogger

Selasa, 21 Juni 2011

RIYA DALAM BERAMAL DAN TIDAK IKLAS DALAM MENGERJAKAN

Abu Huraira meriwayatkan "Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda;
"Sesunggunya.orang yang paling pertama diadili pada hari khiamat adalah seorang yang( mengira),mati syahid.Ia pun didatangkan(di hadapan Allah),lalu Allah menyebutkan nikmat-nikmat-Nya kepada orang itu sehingga ia pun mengetahuinya."
"Allah berfirman:Apa yang telah engkau lakukan dengan berbagai nikmat ini?Ia menjawap;Aku mati kerana-Mu hingga aku mati syahid.'
'Allah berfirman:Engkau dusta Namun,Engakau berperang agar disebut pembarani,dan telah dIsebutkan demikian.Kemudian Allah memerintahkan agar wajahnya dIseret di atas tanah hingga ia dilemparkan ke dalam neraka.'
'Juga.seorang laki-laki yang mempelajari ilmu,mengajarkannya ,serta membaca Al-Quran .Ia pun sidatangkan ( di hadapan Allah).lalu Allah menyebutkan nikmat-nikmat-Nya kepada orang itu sehingga ia pun mengetahuinya'.
"Allah berfirman:Apa yang telah engkau lakukan dengan berbagai nikmat itu?Ia pun menjawap:Aku telah mempelajari ilmu, mengajarkannya,dan membaca Al-Quran kerena-Mu.'
"Allah berfirman:Engkau berdusta Namun,engkau mempelajari ilmu agar di sebut alim.Engkau membaca Al-Quran agar disebut seorang qari'(pembaca Al-Quran),dan telah disebutkan demikian.Kemudian Allah memerintahkan agar wajahnya diseret di atas tanah hingga ia dilemparkan ke dalam neraka.'
"Kemudian didatangkan orang yang dilapangkan rezekinya oleh Allah dan diberi-Nya berbagai macam harta kekayaan ,Lantas ,Allah memberitahukan nikmat-nikmat-Nya kepada orang itu sehingga ia pun mengetahuinya.'
"Allah berfirman :Apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat tersebut?Ia pun menjawap :Tiada kesempatan berinfak pada apa yang Engkau sukai melainkan saya selalu nerinfak di jalan tersebut karena-Mu.'
"Allah berfirman :Engkau berdusta .Namun .engkau melakukannya agar disebut seorang dermawan ,dan telah disebutkan demikian .Kemudian Allah memerintahkan agar wajahnya diseret di atas tanah,selanjutnya ia dilemparkan ke dalam api neraka.'
Dalam riwayat At-Tirmizi disebutkan,Nabi bersabda ,"Wahai Abu Hurairah,ketiga orang itu adalah makhluk Allah yang pertama kali dinyalakan api neraka atas mereka pada hari kiamat."
Diriwayatkan juga dari Abu Huraira bahwa ia berkata"Rasulullah bersabda:
Artinya,"Barangsiapa yang mempelajari ilmu untuk dibanggakannya kepada para ulama ,agar orang-orang bodoh mempercayainya dan untuk menarik perhatian orang,niscaya Allah memasukkannya ke dalam neraka Jahannam"


Allah.... kami berlindung kepada-Mu dari sifat Riyya yang menyusup-nyusup hati.

Epilogue Layang-layang

Layang-layangku tak lagi membumbung tinggi,
mengangkasa menjamah awan yang semakin jingga,
mengecupi segerombolan pipit mengilani cakrawala,
menarung bayu yang menamparinya dengan berjuta tawa.

Layang layangku tak lagi membumbung tinggi,
senarnya telah dicuri sekeping hati,
dipasangkanya pada gitar tua yang memberinya arti,
menjadi dawai-dawai yang meluruhi getaran denyut nadi,
karena dengan itu dia dapat terus menyanyikan lagu mimpi.

Midnite, 200611

#bernyanyilah! Temukan nada-nada baru yang menjanjikanmu tawa. Biar aku di sini membasuh perih, perih dari luka belati yg kuhujam sendiri#

I'rab dan Mabni



1.  I’rab dan Mabni
Dalam bahasa arab, akhir kata itu bisa berubah, dan ada juga yang tetap. Peristiwa perubahan akhir kata ini disebut i’rab. Kata yang bisa berubah akhirannya disebut dengan kata yang mu’rab. Adapun peristiwa tetapnya akhir kata disebut dengan istilah bina’.  Kata yang senantiasa tetap keadaan akhirnya disebut dengan kata yang mabni.
Sebagaimana sudah diterangkan daman catatan lalu, bahwa dalam bahasa arab kata itu terbagi menjadi isim, fi’il dan harf. Apabila ditinjau dari keadaan akhir katanya masing-masing kata tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
·         Isim, ada yang mu’rab –akhirannya bisa berubah- dan ada yang mabni -akhirannya selalu tetap-,
·         Fi’il, ada yang mu’rab dan ada yang mabni,
·         Harf, semuanya mabni.


Macam-macam I’rab
 I’rab ada 4 macam: rofa’, nashab, jer/khafdh, dan jazm. I’rab yang ada pada isim adalah rofa’, nashab, dan jer. Adapun i’rab yang ada pada fi’il adalah rofa’, nashab dan jazm. Kata yang i’rabnya rofa’ disebut marfu’. Kata yang i’rabnya nashab disebut manshub. Kata yang i’rabnya jer disebut majrur. Dan kata yang i’rabnya jazm disebut majzum. Maka isim itu ada yang marfu’, ada yang manshub, dan ada yang majrur (tidak ada isim majzum). Sedangkan fi’il, ada yang marfu’, ada yang manshub, dan ada yang majzum (tidak ada fi’il majrur).


2.  Isim Mu’rab dan Isim Mabni
Isim Mu’rab: adalah isim yang akhir katanya bisa berubah karena perubahan kedudukan/jabatan kata (misal sebagai subjek) atau karena adanya kata lain yang mendahuluinya (misal harf jer). Isim mu’rab ada 9, yaitu: isim mufrad, mutsanna, jamak mudzakar salim, jamak mu’annats salim, jamak taksir, maqshur, manqush, asma’ul khamsah, dan isim laa yansharif .
Isim Mabni: adalah isim yang akhir katanya senantiasa tetap meskipun kedudukan/jabatan katanya berubah atau didahului oleh kata-kata yang menyebabkan perubahan pada isim mu’rab. Isim mabni ada 5, yaitu: isim dhamir (kata ganti), isim maushul (kata sambung), isim isyarah (kata penunjuk), isim istifham (kata tanya), dan isim syarat (jika atau barangsiapa).


3.  Tanda-Tanda I’rab Pada Isim
Tanda i’rab pada isim terdiri dari tanda asal/pokok dan tanda cabang.
Tanda pokok i’rab pada isim adalah:
  1. Marfu’ dengan tanda dhommah; pada isim mufrad, jamak taksir, jamak mu’annats salim, dan isim laa yansharif
  2. Manshub dengan tanda fathah; pada isim mufrad, jamak taksir, dan isim laa yansharif
  3. Majrur dengan tanda kasrah; pada isim mufrad, jamak taksir, dan jamak mu’annats salim
Tanda cabang i’rab pada isim adalah sbb:
Tanda rofa’
  1. Marfu’ dengan tanda Alif; pada isim mutsanna
  2. Marfu’ dengan tanda Wawu; pada isim asma’ul khomsah dan jamak mudzakar salim
  3. Marfu’ dengan tanda Dhommah muqaddarah/dhommah yang tidak ditulis; pada isim maqshur dan manqush
Tanda nashab
  1. Manshub dengan tanda Ya’; pada isim mutsanna dan jamak mudzakar salim
  2. Manshub dengan tanda Alif; pada isim asma’ul khomsah
  3. Manshub dengan tanda Kasrah; pada isim jamak mu’annats salim
  4. Manshub dengan tanda Fathah muqaddarah; pada isim maqshur
Tanda jer
  1. Majrur dengan tanda Ya’; pada isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim
  2. Majrur dengan tanda Fathah; pada isim laa yansharif
  3. Majrur dengan tanda Kasrah muqaddarah; pada isim maqshur dan manqush


4.  Fi’il Mu’rab dan Fi’il Mabni
Fi’il Mu’rab: adalah fi’il yang akhir katanya bisa berubah karena disebabkan masuknya alat-alat penashob atau penjazem. Fi’il yang mu’rab mencakup; semua fi’il mudhari’ yang tidak bersambung dengan nun inats atau nun taukid.
Fi’il mudhari’ yang mu’rab ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok:
  1. Fi’il shohih akhir; yaitu yang akhirannya adalah huruf shohih (selain alif, wawu dan ta’)
  2. Fi’il mu’tal akhir; yaitu yang akhirannya adalah huruf ‘illat (alif, wawu atau ta’)
  3. Fi’il af’alul khomsah; yaitu yang akhirannya adalah huruf ‘illat dan nun
Fi’il Mabni: adalah fi’il yang akhir katanya senantiasa tetap meskipun dimasuki oleh alat penashob atau penjazem. Fi’il yang mabni mencakup; semua fi’il madhi, semua fi’il amr, dan fi’il mudhari’ yang bersambung dengan nun inats atau nun taukid. 

5.  Tanda-Tanda I’rab Pada Fi’il
Tanda i’rab pada fi’il adalah sebagai berikut:
Mudhari’ Shohih Akhir
  1. Marfu’ dengan tanda dhommah
  2. Manshub dengan tanda fathah
  3. Majzum dengan tanda sukun
Mudhari’ Mu’tal Akhir
  1. Marfu’ dengan tanda dhommah muqoddarah
  2. Manshub dengan tanda fathah pada mu’tal ya’ dan wawu sedangkan untuk mu’tal alif manshub dengan tanda fathah muqoddarah
  3. Majzum dengan tanda dihapus huruf terakhirnya/hadzful akhir
Mudhari’ Af’alul Khomsah
  1. Marfu’ dengan tetapnya huruf nun di akhir/tsubutun nun
  2. Manshub dengan dihapusnya huruf nun di akhir/hadzfun nun
  3. Majzum dengan dihapusnya huruf nun di akhir/hadzfun nun

Belajar Bahasa Arab Dasar


  
Kali ini saya akan menyajikan sedikit tentang tata bahasa Arab (Nahwu) dasar. semoga bermanfaat, terutama bagi para pemula.

Dalam bahasa arab kata disebut dengan al-Kalimah. al-Kalimah dibagi menjadi 3; isim (kata benda), fi’il (kata kerja) dan harf (kata depan).  Suatu susunan kalimat sempurna dalam bahasa arab disebut dengan al-Jumlah al-Mufidah/al-Kalam.
Ada  4 syarat jumlah mufidah, yaitu:
1.      Berupa lafazh, yaitu suara yang terdiri dari huruf-huruf hija’iyah,
2.      Tersusun (murokkab) lebih dari satu kata, baik tampak maupun tidak tampak/ada yang disembunyikan
3.      Berfaedah sempurna (mufid), artinya pendengar tidak menyimpan tanda tanya lagi setelah kalimat itu diucapkan karena ada sesuatu yang kurang lengkap dalam kalimat tersebut,
4.      Mengikuti kaidah penyusunan kalimat dalam bahasa arab dan menggunakan bahasa arab, bukan bahasa selain arab (bil wadh’i).

Pengertian Isim, Fi’il dan Harf
al-Kalimah atau ‘kata’ sebagaimana sudah diterangkan di atas terdiri dari isim, fi’il dan harf.  Berikut ini saya akan mencoba menerangkan mengenai ketiga macam kata tersebut.
1.     Isim
Pengertian Isim
Isim adalah suatu kata yang menunjukkan suatu makna sempurna dengan sendirinya dan tidak menggambarkan latar belakang waktu kejadian, dalam bahasa Indonesia isim dikenal dengan istilah ‘kata benda’. Kata benda ini bisa mencakup manusia, hewan, benda mati, tumbuhan, dan lain sebagainya.
Ciri-ciri Isim
Isim bisa dikenali dengan melihat ciri yang ada padanya, di antara ciri tersebut adalah:
·        Bisa dikasrah akhir katanya
·        Bisa ditanwin akhirannya,
·        Bisa diberi alif-lam (al) di awalnya,
·        Didahului oleh harf jer (akan diterangkan nanti di bagian harf)

Pembagian Isim
Isim dapat dibagi berdasarkan bilangannya menjadi 3 jenis:
·        Isim mufrad; yaitu yang menunjukkan tunggal.
·        Isim mutsanna; yaitu yang menunjukkan ganda/dua
·        Isim Jamak; yaitu yang menunjukkan banyak/lebih dari dua. Selain pembagian ini masih ada pembagian lain yang akan diterangkan di belakang, insya Allah.

2.    Fi’il
Pengertian Fi’il
 Fi’il adalah suatu kata yang menunjukkan suatu makna sempurna dengan sendirinya dan menggambarkan latar belakang waktu kejadian, dalam bahasa Indonesia fi’il dikenal dengan istilah ‘kata kerja’. Namun, terdapat sedikit perbedaan yaitu dalam bahasa arab bentuk kata kerja itu berubah sesuai dengan latar belakang waktu kejadiannya, tidak sebagaimana pada bahasa Indonesia. Menurut latar belakang waktunya, fi’il dibagi menjadi 3. Yaitu:  fi’il madhi  (kata kerja lampau),  fi’il mudhari’  (kata kerja sekarang/akan dating), dan fi’il amr ( kata kerja perintah).
Ciri-ciri Fi’il
 Fi’il bisa dikenali dengan melihat ciri yang ada padanya, di antaranya:
·         Didahului dengan kata qad (sesungguhnya),
·         Didahului dengan kata saufa (kelak),
·         Didahului dengan kata sa (akan),
·         Diakhiri dengan ta’ ta’nits sakinah (huruf ta’ sukun yang menunjukkan pelakunya adalah perempuan),
·         Bisa bersambung dengan ta’ fa’il (huruf ta’ yang menunjukkan pelaku),
·         Bisa bersambung dengan nun taukid (huruf nun tasydid yang menunjukkan penegasan)

Pembagian Fi’il (KATA KERJA)
 Menurut  penunjukan waktunya, fiil (kata kerja) dibagi  menjadi 3:
1)      . Fi’il Madhi

Fi’il madhi adalah fi’il yang menunjukkan kejadian pada waktu lampau
Contoh:

خَلَقَ (Telah menciptakan)

خَرَجَ (Telah keluar)

أََمَرَ (Telah memerintah)

أَكَلَ (Telah makan)

2)    Fi’il mudhari
Fi’il mudhori’ adalah fi’il yang menunjukkan kejadian pada waktu sekarang atau akan datang
Contoh:

يَخْلُقُ (Sedang/akan mencipta)

يَخْرُجُ (Sedang/akan keluar)

يَأْمُرُ (Sedang/akan memerintah)

يَأْكُلُ (Sedang/akan makan)


3)      Fi’il amr
Fi’il amr adalah fi’il yang digunakan untuk menuntut terjadinya sesuatu pada waktu setelah pengucapan (kata kerja perintah)
Contoh:

اُدْخُلْ (Masuklah)

اُخْرُُجْ (Keluarlah)

اِِجْلِسْ (Duduklah)

اِِرْفَعْ (Angkatlah)



.
3.   Harf
Pengertian Harf
 Harf adalah suatu kata yang tidak diketahui maknanya tanpa adanya kata yang lain. Artinya dia memerlukan kata yang lain (isim atau fi’il) untuk menyempurnakan maksudnya.  Harf semacam ini disebut juga dengan harf ma’ani; huruf yang bermakna. Karena di sana terdapat juga jenis harf lain yang tidak bermakna dan disebut dengan harf mabani yaitu huruf-huruf hija’iyah (alif sampai ya’). Di antara contoh harf ma’ani adalah harf jer, yaitu harf yang menyebabkan isim sesudahnya menjadi kasrah.
Ciri-Ciri Harf
 Harf tidak memiliki ciri khusus sebagaimana halnya isim atau fi’il.
Pembagian Harf
Harf dapat dibagi menjadi 3:
·         Harf yang bisa masuk kepada isim saja, contohnya adalah harf jer
·         Harf yang bisa masuk pada fi’il saja, contohnya harf lam dan lan
·         Harf yang bisa masuk kepada isim maupun fi’il, contohnya wa (yang artinya;