Pagi ini aku
membuatkanmu bubur ayam. Kutakar satu gelas beras, lalu memasaknya dalam teflon
dengan air yang agak banyak. Tak lupa juga kububuhi sedikit garam dan merica
bubuk. Aku sengaja tidak menggunakan santan, karena kamu lebih suka seperti
ini. Oya, kamu juga tidak suka buburnya diberi daun bawang. Terasa langu
katamu.
Sambil menunggu air buburnya menyusut, aku merebus beberapa potong ayam yang sudah dibumbui bawang putih, bawang merah juga garam, yang kemudian jika ayamnya sudah empuk, akan langsung kugoreng, kusuwir dan kutaburkan bersama bawang goreng ke atas bubur. Dan kaldu ayam ini yang akan menjadi kuahnya. Sesekali aku melongok ke arahmu yang sedang tidur di sofa depan tv, memastikan kamu baik-baik saja.
Sambil menunggu air buburnya menyusut, aku merebus beberapa potong ayam yang sudah dibumbui bawang putih, bawang merah juga garam, yang kemudian jika ayamnya sudah empuk, akan langsung kugoreng, kusuwir dan kutaburkan bersama bawang goreng ke atas bubur. Dan kaldu ayam ini yang akan menjadi kuahnya. Sesekali aku melongok ke arahmu yang sedang tidur di sofa depan tv, memastikan kamu baik-baik saja.
***
Saat akan
membangunkanmu sebelum subuh tadi, aku dikejutkan oleh suhu badanmu yang panas.
Sontak kurabai kening, pipi juga lehermu dengan punggung tanganku. Masya Allah,
kamu demam. Buru-buru aku ke ruang tengah, menuju kotak obat lalu mengambil
termometer kemudian menaruhnya di lipatan ketiakmu. Garis pada termometer itu mengarah
hampir ke angka 38 derajat celcius. Aku langsung bergegas ke dapur, mengambil
air dingin dan handuk kecil untuk mengompresmu.
Kemarin sore,
setelah mengisi training kepenulisan, kamu memang pulang ke rumah dalam keadaan
kuyup. Ternyata kamu nekat menerobos
hujan demi membelikan martabak telur kesukaanku. Dan kamu lihat hasilnya, pagi ini kamu jadi demam tinggi. Kalau kamu sakit biasanya cerewetku pasti
akan keluar, “Sayang, tidak harus dengan menerobos hujan juga kan? Kamu juga
tidak harus selalu membawakanku oleh-oleh setiap pulang dari manapun, karena kalau
kamu sakit akulah perempuan yang paling nelangsa, hatiku juga pasti akan ikut
meriang, dan bla bla bla”
Jika cerewetku
keluar seperti itu, kamu hanya akan menanggapinya dengan tersenyum lalu menyilangkan
telunjukmu di bibirku, seketika itu pula cerewetku langsung berhenti. Pada jeda
berikutnya aku langsung meminta maaf karena telah cerewet kepadamu. Kamu hanya
tersenyum lagi, “ Itu bukan cerewet namanya, tapi itu cinta Bunda” Katamu
lembut. Jika sudah seperti itu aku akan menghambur ke pelukmu, dan malah
menangis.
***
Aku kini duduk di
sebelahmu dan kamu masih terlelap di atas sofa depan tv. Pelan pelan aku
mengambil handuk kompres di keningmu yang sudah menjadi panas, kucelupkan lagi
ke dalam air dingin, memerasnya dan menaruhnya kembali di keningmu, namun kamu malah jadi terbangun.
Saat membuka mata
dan melihatku ada di sampingmu, kamu langsung melemparkan senyum, aku segera
membalas senyummu dan menawarkan bubur
yang kubuat tadi. Kamu menerima tawaranku, maka segera kuambil semangkuk lalu
menyuapimu perlahan. Tak butuh waktu lama untuk menjadikan semangkuk bubur itu
tandas.
Setelah itu kamu
memilih meringkuk lagi di atas sofa dan meminta tidur di pangkuanku. Dengan
senang hati kupersilahkan pahaku menggantikan bantalmu. Sayang, taukah kamu?
Dalam tidurmu aku tak berhenti merapal doa untuk kesembuhanmu, Belahan jiwaku.
بِسْمِ اللهِ نَعُوْذُ بِاللهِ العَظِيْمِ مِنْ شَرِّ كُلِّ عِرْقٍ
نَعّاَرٍ وَمِنْ شَرِّ حَرِّ النّاَرِ
Dengan menyebut
nama Allah, kami memohon perlindungan kepada Allah SWT, Yang maha agung dari
peluh (keringat) yang mengganggu, dan dari panas nya api.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar