Kejadian
ini saat aku masih duduk di kelas satu eksperiment semsester dua di Pondok
Pesantren Darussalam, Tegineneng, Lampung. Bagi para santri di sini,
salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan seluruh adalah shalat
wajib berjamaah di masjid. Tapi inget lho, santriwan dan santriwati tidak
shalat bersama, kecuali saat Tarawih atau shalat Iedul Adha. Makanya masjid
untuk putra dan putri dipisah. Berbeda tempat.
Setiap
selesai shalat berjamaah, biasanya kami saling bersalaman, tradisi bersalaman di
sini biasanya yang lebih muda mencium tangan yang lebih tua tingkat kelasnya.
Jadi simpelnya, adik kelas cium tangan kakak kelas atau juga anak MTs
(setingkat SMP) cium tangan ke anak Aliyah (setingkt SMA) . Eits tapi ada juga
loh kakak kelas dan ustadzah yang nggak mau dicium tangannya kalau bersalaman.
Nggak tau juga apa alasannya. Dari sumber yang nggak jelas asalnya, katanya
alasan mereka nggak mau dicium tangannya kalau bersalaman adalah takut ilmunya
berkurang karena terserap oleh orang yang mencium tangan. (haha lucu ya, tapi
betulan ada loh yang kayak begini).
Salah
satu temen sekelas aku ada juga yang kalau salaman nggak mau dicium tangannya.
Namanya Tika Anggraini. Anak Pak Kades di Muara Dua, Sumatera Selatan nan
jauh di sana. Anaknya cantik, taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, baik hati,
tidak sombong, rela menolong, tabah, disiplin, berani, ksatria, hemat,
cermat dan bersahaja, pokoknya berjiwa ala Dhasa Dharma Pramuka banget, anaknya
juga pinter.
Nah,
saat itu aku dan teman-teman yang lainnya shalat Dzuhur berjama’ah, seperti
biasa, setelah shalat kami langsung bersalaman satu sama lain. Saat
saling bersalaman itu spontan ide jailku kumat, aku menyalami Tika dengan
mencium tangannya. Padahal jelas-jelas dia ini termasuk orang yang anti dicium
tangannya kalau bersalaman. Hahah jelas aja reflek dia menarik tangannya dengan
raut muka yang mengekspresikan
–ya-ampun-ilmu-gue-kecolong-berapa-kilo-ya?- sambil mukanya ditekuk gitu.
Aku yang merupakan tersangka utama kejadian itu Cuma senyum cengengesan penuh
kemenangan. Yeaaaaaaahhh!! :D
Hal
absurd yang terjadi setelah tragedi menyium tangan Tika itu adalah ketika kami
semua bagi raport semester dua. Seperti lazimnya pembagian raport, kami
para murid kelas I eksperiment satu persatu dipanggil namanya oleh wali
kelas untuk mengambil raport di meja guru, termasuk aku dan juga Tika yang
memang sekelas. Saat raport sudah di tangan, dengan sangat hati-hati aku
membuka raportku. Dan betapa terkejutnya ketika ada angka “2”
yang tertulis di tempat rangking. Yang artinya aku rengking dua. Huaaaa…
Alhamdulillah. Meskipun bukan
juara satunya, aku
tetap bersyukur banget,
karena bagi aku nggak mudah bisa ‘membalap’ temen-temen di kelas ini.
For your
information, waktu semester satu kemarin aku rengking banyak banget, kalau nggak salah
inget rengking 10 besar dari bawah. Bisa
dibilang bottom ten-lah. Hehehe. Dan saat Tika tahu aku mengungguli dia
(dia rengking empat atau berapa gitu kalau nggak salah), dia berfikir kalau aku
bisa rengking dua berkat nyium tangan dia beberapa waktu lalu. Hahah aja aja
ada. Padahal sebetulnya waktu ulangan semester dua ini aku belajar mati-matian untuk memperbaiki nilaiku waktu semester satu kemarin yang jeblok baget. Harap maklum, pelajaran pondok
yang serba Arab-Arab ini awam banget buat aku, karena SMP kemarin aku
bersekolah di SMP umum yang nggak ada pelajaran Arab-Arabnya sama sekali. Jadi boleh dibilang aku mulai belajar bahasa Arab
dan pelajaran-pelajaran ala pesantren ya baru di pondok ini. Sebelumnya nggak pernah sama sekali. Waktu
kecil aku kalau di suruh ngaji di TPA (Tamana Pendidikan Alquran) aku selalu
ogah-ogahan. Jadi istilahnya kondisiku di pesantren ini pada awalnya, kalau
yang lain udah pada mahir baca tulisan Arab gundul, lain lagi bagi aku saat
itu, aku baca tulisan Arab gondrong aja masih belepotan, apalagi yang gundul. Tapi aku nggak pernah putus asa, semua
di dunia ini nggak ada yang nggak bisa kalau kita mau usaha, belajar dan
disertai doa. Man janda wajad
duda, eh salah, maksud aku Man Jadda Wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti
berhasil.
Oya, prasangka Tika
tentang aku bisa rengking karena habis nyium tangan dia ini Tika sendiri loh
yang cerita. Karena di semester berikutnya aku dan Tika jadi temen akrab.
Pesan: Kalau mau pintar, belajar aja.
Kalau mau jadi juara, belajar banget.
Kalau mau kenyang, makan.
Kalau mau masuk tv, ikut program Masih di Dunia Lain di Trans 7. Olalala.. :D :D
Bye bye. Sampai ketemu lagi di kisah selanjutnya.
Keep Istiqomah dan selalu jaga hati. Ingat, setan itu sangat kreatif dalam
menggoda hamba-hambaNya. Maka Shalatlah!! Shalatlah!!! :D
assalamualaikum dek punya nomer kontak PP darussalam tegineneng ga?
BalasHapus