Powered By Blogger

Rabu, 23 November 2011

KAJIAN ISLAM DENGAN METODE IMPARTIAL STUDIES





KAJIAN ISLAM DENGAN METODE IMPARTIAL STUDIES [1]

                       
            Keindahan dan kenikmatan Islam baru akan dirasakan bila kita komitmen dengan seluruh aspeknya. Sebaliknya, sikap mengambil sebagian sistem Islam dan menolak sebagian yang lain atau mengambil sebagian lalu mencampurnya dengan sistem yang lain tidak dapat dibenarkan.
Demikian pula dapat dipastikan tidak akan diterima dan tidak akan mengantarkan kepada kebahagiaan manusia. Sebab sikap yang demikian justru akan membawa kesengsaraan bagi manusia dan mereka akan menjadi celaka karena telah menjadikan al-Quran terpisah-pisah.
4tbqãYÏB÷sçGsùr& ÇÙ÷èt7Î/ É=»tGÅ3ø9$# šcrãàÿõ3s?ur <Ù÷èt7Î/ 4 $yJsù âä!#ty_ `tB ã@yèøÿtƒ šÏ9ºsŒ öNà6YÏB žwÎ) Ó÷Åz Îû Ío4quŠysø9$# $u÷R9$# ( tPöqtƒur ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# tbrŠtãƒ #n<Î) Ïdx©r& É>#xyèø9$# 3 $tBur ª!$# @@Ïÿ»tóÎ/ $£Jtã tbqè=yJ÷ès? ÇÑÎÈ
"Apakah kamu beriman kepada sebagian kitab dan kamu tolah sebagian yang lain, tidak ada balasan bagi orang yang melakukan perbuatan seperti itu melainkan kehinaan                      di dunia   dan  pada hari kiamat nanti mereka akan dimasukkan                                                               ke dalam azab yang sangat pedih." (QS.2: 85)

Dari ayat diatas, penulis dapat menyimpukan bahwa setiap bangsa akan berbahagia dan dapat terus hidup selama individu-individu yang ada di setiap bangsa menghindari dosa, hanya menggantungkan diri kepada kekuatan terbesar dan Sumber Yang Abadi pada setiap kondisi. Dan sumber seperti ini hanyalah berasal dan milik Allah Yang Maha Tinggi.
Dengan demikian, mereka harus menaati Allah SWT dan hanya tunduk kepada-Nya, yakni taat kepada-Nya secara tulus dan totalitas. Bila setiap bangsa mengikuti hukum ini, maka mereka tidak akan takut kepada siapapun. Keikhlasan sejati dan niat yang sempurna dari seorang yang beriman di jalan Allah tidak mentolerir penyerahan diri kepada apapun dan siapapun kecuali kepada Allah SWT.
Dalam makalah ini akan dibahas (1) sekilas tentang impartial studies,        (2) contoh kajian Islam dengan metode Impartial Studies

            Impartial Studies (selanjutnya desebut IS) dalam Metodologi Studi Islam adalah metode mengkaji Islam secara garis besar dan menyeluruh tetap tidak mendetail. Metode IS biasanya digunakan oleh individu maupun kelompok untuk memperoleh suatu pengetahuan yang sangat mendasar. Cara mempelajari Islam dengan metode IS yaitu dengan mempelajari Islam secara komprehensif (menyeluruh), tidak parsial (setengah-setengah). 

Beberapa cara mengkaji Islam secara komprehensif yaitu:  Pertama meyakini dengan sepenuh hati bahwa Islam agama yang tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Islam tidak mengenal sekat-sekat geografis. Hal ini yang menjadikan Islam sebagai rahmatan li al-’alamin. Hal ini juga sekaligus menegaskan kepada kita bahwa Islam bukanlah agama untuk bangsa Arab saja, seperti yang banyak dikatakan oleh orang-orang sekuler, tapi untuk seluruh umat manusia di segala penjuru dunia.

Kedua, Islam mengatur ajaran yang integral, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dari masalah yang paling pribadi hingga kemasyarakatan dan kebangsaan. Mulai dari adab dalam melakukan kegiatan sehari-hari hingga urusan politik nasional dan internasional. Islam tidak hanya berbicara mengenai masalah ideologi saja, tetapi juga mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia di sektor ekonomi, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan sektor lainnya. 

            Ketiga, ajaran Islam menekankan aspek keseimbangan dalam segala hal. Seimbang dalam mengoptimalkan potensi akal, ruh dan jasad. Dalam Islam ditegaskan, seorang manusia akan mencapai sukses dalam kehidupannya, manakala bisa mengintegrasikan seluruh potensinya dengan kadar yang seimbang, baik segi intelektual, emosional, fisikal dan spiritual. Keseimbangan dalam menjalankan aktivitas dunia tanpa mengesampingkan aktivitas yang berorientasi akhirat. Ini adalah salah satu implementasi dari keimanan seseorang akan adanya hari akhir.

Contoh Kajian Islam Dengan Metode Impartial Studies

Adab Memakai Pakaian Menurut Islam

 

Sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai karena pakaian sopan dan menutup Aurat adalah cermin seseorang itu Muslim sebenar. Islam tidak menetapkan bentuk atau warna pakaian untuk dipakai, baik ketika beribadah atau di luar ibadat. Islam hanya menetapkan bahawa pakaian itu mestilah bersih, menutup Aurat, sopan dan sesuai dengan akhlak seorang Muslim.

Islam tidak menetapkan fashion pakaian tetapi perlu mematuhi garis panduan dalam menutup Aurat. Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab berpakaian untuk lelaki dan wanita yaitu:
1)      Menutup Aurat. Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, telapak tangan dan telapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Paha itu adalah Aurat." (Bukhari)

2)      Tidak menampakkan tubuh pakaian yang jarang sehingga menampakkan Aurat tidak memenuhi syarat menutup Aurat. Pakaian transparan bukan saja menampak warna kulit, malah boleh merangsang nafsu orang yang melihatnya. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk. Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat dicium daripada jarak yang jauh." (Muslim)

3)      Pakaian tidak ketat. Tujuannya adalah supaya tidak menonjolkan atau melihatkan bentuk tubuh badan.

4)      Tidak menimbulkan riak Rasulullah saw bersabda bermaksud: "Barang siapa yang melabuhkan pakaiannya karena perasaan sombong, Allah SWT tidak akan memandangnya pada hari kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Barang siapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat nanti." (Ahmad, Abu Daud, an-Nasaâi  dan Ibnu Majah)

5)       Lelaki dan Wanita berbeda. Pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas menerusi sabdanya yang bermaksud: "Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap perempuan." (Bukhari dan Muslim). Baginda juga bersabda bermaksud: "Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki." (Abu Daud dan Al-Hakim).

6)       Larangan pakai sutera Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat." (Muttafaq ˜alaih)

7)       Melabuhkan pakaian. Contohnya seperti kerudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak yaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman bermaksud: "Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan beriman, supaya mereka melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang."                              (al-Ahzab:59)

8)      Memilih warna sesuai. Contohnya warna-warna lembut termasuk putih karena ia nampak bersih dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW. Baginda bersabda bermaksud: "Pakailah pakaian putih karena ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain putih)." (an-Nasa âie dan al-Hakim).

9)      Larangan memakai Emas. Termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam ialah barang-barang perhiasan emas seperti rantai, cincin dan sebagainya. Bentuk perhiasan seperti ini umumnya dikaitkan dengan wanita namun pada hari ini ramai antara para lelaki cenderung untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang berantai. Semua ini amat bertentangan dengan hukum Islam. Rasulullah s.a.w. bersabda bermaksud: "Haram kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada wanita."

10)   Dahulukan memakai dari sebelah kanan. Apabila memakai baju, dahulukan sebelah kanan. Imam Muslim meriwayatkan daripada Sayidatina Aisyah bermaksud: "Rasulullah suka sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti memakai kasut, berjalan kaki dan bersuci." Apabila memakai kasut atau seumpamanya, dahulukan dengan sebelah kanan dan apabila menanggalkannya, dahulukan dengan sebelah kiri.
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Apabila seseorang memakai kasut, dahulukan dengan sebelah kanan, dan apabila menanggalkannya, dahulukan dengan sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang pertama memakai kasut dan yang terakhir menanggalkannya." (Riwayat Muslim).

11)  Selepas membeli pakaian baru. Apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud: "Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-Mu daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang diperbuat untuknya. Demikian itu telah datang daripada Rasulullah".

12)  Berdoa ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah yang mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri dalam kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia." Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai menurut tuntutan agamanya kerana sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup aurat adalah cermin seorang Muslim yang sebenar.

Menurut penulis, prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Haya binti Mubarok Al-Barik dalam buku Ensiklopedi Wanita Muslimah bahwa prinsip-prinsip tersebut sudah sesuai dengan Alqur’an dan Alhadits. Adapun yang menjadi dasar penulis mengemukakan ungkapan tersebut adalah prinsip-prinsip yang ditulis oleh Mubarok Al-Barik banyak merujuk pada Alqur’an dan Alhadits.



RUJUKAN

Abdullah, Yatimin. 2004. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah
Al-Barik, Haya binti Mubarok. 2005. Ensiklopedi Wanita Muslimah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mubarok, Jaih. 2007. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mudzakkir, Jusuf. 2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Prenada Media
Taufik, Akhmad. 2004. Metodologi Studi Islam. Malang: Banyumedia


[1] Makalah ditulis A. Samsul Ma’arif untuk memenuhi tugas matakuliah Metodologi Studi Islam yang dibimbing oleh Dr. H. M. Sa’ad Ibrahim, MA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar