KAJIAN
ISLAM DENGAN METODE IMPARTIAL STUDIES
[1]
Keindahan dan kenikmatan Islam baru akan
dirasakan bila kita komitmen dengan seluruh aspeknya. Sebaliknya, sikap
mengambil sebagian sistem Islam dan menolak sebagian yang lain atau mengambil
sebagian lalu mencampurnya dengan sistem yang lain tidak dapat dibenarkan.
Demikian pula dapat dipastikan tidak akan diterima dan tidak akan
mengantarkan kepada kebahagiaan manusia. Sebab sikap yang demikian justru akan
membawa kesengsaraan bagi manusia dan mereka akan menjadi celaka karena telah
menjadikan al-Quran terpisah-pisah.
4tbqãYÏB÷sçGsùr& ÇÙ÷èt7Î/ É=»tGÅ3ø9$# crãàÿõ3s?ur <Ù÷èt7Î/ 4 $yJsù âä!#ty_ `tB ã@yèøÿt Ï9ºs öNà6YÏB wÎ) Ó÷Åz Îû Ío4quysø9$# $u÷R9$# ( tPöqtur ÏpyJ»uÉ)ø9$# tbrtã #n<Î) Ïdx©r& É>#xyèø9$# 3 $tBur ª!$# @@Ïÿ»tóÎ/ $£Jtã tbqè=yJ÷ès? ÇÑÎÈ
"Apakah kamu beriman kepada
sebagian kitab dan kamu tolah sebagian yang lain, tidak ada balasan bagi orang
yang melakukan perbuatan seperti itu melainkan kehinaan di dunia dan
pada hari kiamat nanti mereka akan dimasukkan ke
dalam azab yang sangat pedih." (QS.2: 85)
Dari ayat diatas, penulis dapat
menyimpukan bahwa setiap bangsa akan
berbahagia dan dapat terus hidup selama individu-individu yang ada di setiap
bangsa menghindari dosa, hanya menggantungkan diri kepada kekuatan terbesar dan
Sumber Yang Abadi pada setiap kondisi. Dan sumber seperti ini hanyalah berasal
dan milik Allah Yang Maha Tinggi.
Dengan demikian,
mereka harus menaati Allah SWT dan hanya tunduk kepada-Nya, yakni taat
kepada-Nya secara tulus dan totalitas. Bila setiap bangsa mengikuti hukum ini,
maka mereka tidak akan takut kepada siapapun. Keikhlasan sejati dan niat yang
sempurna dari seorang yang beriman di jalan Allah tidak mentolerir penyerahan
diri kepada apapun dan siapapun kecuali kepada Allah SWT.
Dalam makalah ini akan dibahas (1)
sekilas tentang impartial studies, (2) contoh kajian Islam dengan metode Impartial Studies.
Impartial Studies (selanjutnya desebut
IS) dalam Metodologi Studi Islam adalah metode mengkaji Islam secara garis
besar dan menyeluruh tetap tidak mendetail. Metode IS biasanya digunakan oleh
individu maupun kelompok untuk memperoleh suatu pengetahuan yang sangat
mendasar. Cara
mempelajari Islam dengan metode IS yaitu dengan mempelajari Islam secara
komprehensif (menyeluruh), tidak parsial (setengah-setengah).
Beberapa cara
mengkaji Islam secara komprehensif yaitu: Pertama meyakini
dengan sepenuh hati bahwa Islam agama yang tidak dibatasi oleh dimensi ruang
dan waktu. Islam tidak mengenal sekat-sekat geografis. Hal ini yang menjadikan Islam
sebagai rahmatan li al-’alamin. Hal ini juga sekaligus menegaskan kepada kita
bahwa Islam bukanlah agama untuk bangsa Arab saja, seperti yang banyak
dikatakan oleh orang-orang sekuler, tapi untuk seluruh umat manusia di segala
penjuru dunia.
Kedua, Islam mengatur ajaran yang integral, mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia, dari masalah yang paling pribadi hingga kemasyarakatan
dan kebangsaan. Mulai dari adab dalam melakukan kegiatan sehari-hari hingga
urusan politik nasional dan internasional. Islam tidak hanya berbicara mengenai
masalah ideologi saja, tetapi juga mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia
di sektor ekonomi, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan sektor lainnya.
Ketiga, ajaran Islam menekankan aspek
keseimbangan dalam segala hal. Seimbang dalam mengoptimalkan potensi akal, ruh
dan jasad. Dalam Islam ditegaskan, seorang manusia akan mencapai sukses dalam
kehidupannya, manakala bisa mengintegrasikan seluruh potensinya dengan kadar
yang seimbang, baik segi intelektual, emosional, fisikal dan spiritual.
Keseimbangan dalam menjalankan aktivitas dunia tanpa mengesampingkan aktivitas
yang berorientasi akhirat. Ini adalah salah satu implementasi dari keimanan
seseorang akan adanya hari akhir.
Contoh Kajian Islam Dengan Metode Impartial Studies
Adab Memakai Pakaian Menurut Islam
Sewajarnya
seseorang itu memakai pakaian yang sesuai karena pakaian sopan dan menutup
Aurat adalah cermin seseorang itu Muslim sebenar. Islam tidak menetapkan bentuk
atau warna pakaian untuk dipakai, baik ketika beribadah atau di luar ibadat.
Islam hanya menetapkan bahawa pakaian itu mestilah bersih, menutup Aurat, sopan
dan sesuai dengan akhlak seorang Muslim.
Islam
tidak menetapkan fashion pakaian tetapi perlu mematuhi garis panduan dalam
menutup Aurat. Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab
berpakaian untuk lelaki dan wanita yaitu:
1) Menutup
Aurat. Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut.
Aurat wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, telapak tangan
dan telapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Paha itu
adalah Aurat." (Bukhari)
2) Tidak
menampakkan tubuh pakaian yang jarang sehingga menampakkan Aurat tidak memenuhi
syarat menutup Aurat. Pakaian transparan bukan saja menampak warna kulit, malah
boleh merangsang nafsu orang yang melihatnya. Rasulullah SAW bersabda yang
bermaksud: "Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat
ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi
memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang
dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk.
Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga
itu dapat dicium daripada jarak yang jauh." (Muslim)
3) Pakaian
tidak ketat. Tujuannya
adalah supaya tidak menonjolkan atau melihatkan bentuk tubuh badan.
4) Tidak
menimbulkan riak Rasulullah saw bersabda bermaksud: "Barang siapa yang
melabuhkan pakaiannya karena perasaan sombong, Allah SWT tidak akan
memandangnya pada hari kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah SAW
bersabda bermaksud: "Barang siapa yang memakai pakaian yang
berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat
nanti." (Ahmad, Abu Daud, an-Nasaâi dan Ibnu Majah)
5) Lelaki dan Wanita berbeda. Pakaian yang khusus
untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya.
Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas menerusi sabdanya yang
bermaksud: "Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap
lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap perempuan." (Bukhari
dan Muslim). Baginda juga bersabda bermaksud: "Allah melaknat lelaki
berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki." (Abu Daud dan
Al-Hakim).
6) Larangan pakai sutera Islam mengharamkan kaum
lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Janganlah
kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat
memakainya di akhirat." (Muttafaq ˜alaih)
7) Melabuhkan pakaian. Contohnya seperti kerudung
yang seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak yaitu bagi menutupi kepala dan
rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman bermaksud: "Wahai
Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu serta
perempuan-perempuan beriman, supaya mereka melabuhkan pakaiannya bagi menutup
seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk
mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak
diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang."
“ (al-Ahzab:59)
8) Memilih
warna sesuai. Contohnya warna-warna lembut termasuk putih karena ia nampak
bersih dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah
SAW. Baginda bersabda bermaksud: "Pakailah pakaian putih karena ia
lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain putih)." (an-Nasa
âie dan al-Hakim).
9)
Larangan memakai Emas. Termasuk dalam
etika berpakaian di dalam Islam ialah barang-barang perhiasan emas seperti
rantai, cincin dan sebagainya. Bentuk perhiasan seperti ini umumnya dikaitkan
dengan wanita namun pada hari ini ramai antara para lelaki cenderung untuk
berhias seperti wanita sehingga ada yang berantai. Semua ini amat bertentangan
dengan hukum Islam. Rasulullah s.a.w. bersabda bermaksud: "Haram kaum
lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada
wanita."
10)
Dahulukan memakai dari sebelah kanan. Apabila
memakai baju, dahulukan sebelah kanan. Imam Muslim meriwayatkan daripada
Sayidatina Aisyah bermaksud: "Rasulullah suka sebelah kanan dalam
segala keadaan, seperti memakai kasut, berjalan kaki dan bersuci."
Apabila memakai kasut atau seumpamanya, dahulukan dengan sebelah kanan dan
apabila menanggalkannya, dahulukan dengan sebelah kiri.
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Apabila seseorang memakai kasut, dahulukan dengan sebelah kanan, dan apabila menanggalkannya, dahulukan dengan sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang pertama memakai kasut dan yang terakhir menanggalkannya." (Riwayat Muslim).
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Apabila seseorang memakai kasut, dahulukan dengan sebelah kanan, dan apabila menanggalkannya, dahulukan dengan sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang pertama memakai kasut dan yang terakhir menanggalkannya." (Riwayat Muslim).
11) Selepas
membeli pakaian baru. Apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti
yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud: "Ya
Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon
kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan
kepada-Mu daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang diperbuat untuknya.
Demikian itu telah datang daripada Rasulullah".
12)
Berdoa ketika menanggalkan pakaian,
lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah yang mengurniakan pakaian ini
untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri dalam kehidupanku, dengan
nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia." Sebagai seorang Islam,
sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai menurut tuntutan agamanya
kerana sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup aurat adalah cermin seorang
Muslim yang sebenar.
Menurut penulis,
prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Haya binti Mubarok Al-Barik dalam buku
Ensiklopedi Wanita Muslimah bahwa
prinsip-prinsip tersebut sudah sesuai dengan Alqur’an dan Alhadits. Adapun yang
menjadi dasar penulis mengemukakan ungkapan tersebut adalah prinsip-prinsip
yang ditulis oleh Mubarok Al-Barik banyak merujuk pada Alqur’an dan Alhadits.
RUJUKAN
Abdullah, Yatimin.
2004. Studi Islam Kontemporer.
Jakarta: Amzah
Al-Barik, Haya binti Mubarok. 2005. Ensiklopedi Wanita Muslimah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Mubarok, Jaih. 2007. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mudzakkir, Jusuf.
2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta:
Prenada Media
Taufik, Akhmad. 2004. Metodologi Studi Islam. Malang: Banyumedia
[1] Makalah ditulis A. Samsul Ma’arif untuk memenuhi tugas matakuliah
Metodologi Studi Islam yang dibimbing oleh Dr. H. M. Sa’ad Ibrahim, MA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar